Blogger templates

Sabtu, 14 September 2013

DIBALIK NAMA SALAFI


Kata salafi berasal dari bahasa Arab, yaitu al-salaf yang berarti “orang-orang yang hidup sebelum zaman kita.”[1] Sedangkan pengertian dari “orang-orang yang hidup sebelum zaman kita” adalah tiga generasi pertama sepeninggal Rasulullah, yaitu generasi shahabât, tâbi’în dan tâbi’ al- tâbi’în.[2] Pengertian ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai berikut:
Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti mereka  (tâbi’în), kemudian yang mengikuti mereka (tâbi’ al- tâbi’în)
Dari pengertian salafi di atas diketahui bahwa semua orang Islam yang mengikuti ajaran Islam sebagaimana ajaran yang dilaksanakan oleh shahabât, tâbi’în dan tâbi’ al- tâbi’în adalah salafi, tanpa harus menunjukkan pada orang lain bahwa dirinya adalah seorang salafi. Bahkan setiap orang yang mengaku beragama Islam, pada hakikatnya adalah salafi, meskipun kadar ke”salafi”annya hanya sedikit, sebab mereka mengikuti ajaran shahabât, tâbi’în dan tâbi’ al- tâbi’în.
Perlu digarisbawahi bahwa kata salafi sudah digunakan sejak zaman Nabi Muhammad Saw.[3] Tetapi kata salaf ini tidak menunjuk pada sebuah mazhab dalam Islam atau sekelompok orang yang memiliki keyakinan sama. Oleh karena itulah para shahabât, tâbi’în, tâbi’ al- tâbi’în, imam mazhab, imam ahli tafsir dan imam ahli hadis, mereka tidak ada yang menyebutkan diri mereka dan pengikutnya sebagai kelompok salafi. Mereka tetap menamakan diri mereka sebagai umat Islam (muslim dan mukmin).
Pada akhir abad ke-19 Masehi, muncullah gerakan pembaharuan Islam yang dipelopori oleh Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh. Menurut Muhammad Abu Zahrah yang dikutip Syaikh Idahram menjelaskan bahwa Muhammad Abduh mengusung istilah “salafi” untuk 2 tujuan, yaitu: (1) untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan fanatik yang tinggi terhadap perjuangan umat Islam pada waktu itu; (2)untuk membendung pengaruh sekularisme, penjajahan dan hegemoni barat atas dunia Islam.[4]
Kemudian, pada akhir-akhir ini, pengertian salafi didistorsi maknanya oleh golongan wahabi untuk menunjukkan identitas golongannya. Mereka memproklamirkan diri sebagai “golongan salafi”[5] yang merupakan satu-satunya pemegang ajaran al-salafu al-shâlih (yaitu pengikut ajaran shahabât, tâbi’în dan tâbi’ al- tâbi’în).[6] Mereka mengusung platform “dakwah yang sangat terpuji” yaitu, memerangi syirik, pengkultusan kuburan dan membersihkan Islam dari bid’ah dan khurafat.[7]
Ada agenda besar ingin dicapai golongan wahabi dengan penyebutan diri  sebagai golongan salafi, yaitu dengan menggunakan nama salafi diharapkan masyarakat muslim mudah dikelabui bahwa dialah satu-satunya pemegang ajaran al-salafu al-shâlih (yaitu pengikut ajaran shahabât, tâbi’în dan tâbi’ al- tâbi’în). Dengan demikian, masyarakat muslim dengan suka rela mau menerima ajaran wahabi dan membuang jauh-jauh ajaran yang tidak sesuai dengan doktrinnya.



[1]Abu al-Fadhl Muhammad ibnu Manzhur, Qamus Lisan al-Arab jilid 6, Dar al-Shadr, Lebanon, 1410 H, hal. 330
[2]Syaikh Idahram, Mereka Memalsukan Kitab-Kitab Karya Ulama Klasik, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2011, hal.29
[3] Dalam kitab Sunan At-Tirmidzi, no. 975, Rasulullah mengajarkan umatnya untuk mengucapkan salam ketika berziarah kubur sebagai berikut: “Semoga keselamatan untuk kalian wahai ahli kubur, semoga Allah mengampuni kami dan kalian, kalian adalah salafuna (para pendahulu kami), sedangkan kami nanti akan menyusul.”
[4] Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2011, hal.29
[5]Istilah salafi pertama kali dipopulerkan oleh Nashiruddin al-Albani. Keterangan ini dapat dilihat di Majalah as-Sunnah edisi 06/IV/1420, hal 20-25  yang merekam dialog Abdul Halim Abu Syuqqah dengan salah satu pengikutnya.
[6] Perlu diketahui bahwa kata salafi sudah digunakan sejak zaman Nabi Muhammad Saw. Tetapi kata salaf ini tidak menunjuk pada sebuah mazhab dalam Islam atau sekelompok orang yang memiliki keyakinan sama. Oleh karena itulah para shahabât, tâbi’în, tâbi’ al- tâbi’în, imam mazhab, imam ahli tafsir dan imam ahli hadis, mereka tidak ada yang menyebutkan diri mereka dan pengikutnya sebagai kelompok salafi
[7] Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah, Op.Cit., hal 28. Syaikh Idahram menjelaskan bahwa platform dakwah wahabi ini disimpulkan dari kitab Ibnu Bisyr al-Hanbali an-Najdi dalam kitabnya Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, jilid 1, hal. 182.